Sinopsis | Laskar Pelangi adalah sekumpulan anak yang lahir dan tumbuh di sebuah pulau kaya timah di negeri Indonesia. Namun, pulau yang semestinya kaya raya itu ternyata justru miskin tidak hanya dari sisi ekonomi, melainkan juga pendidikan. Di tengah-tengah keterbatasan fasilitas, anak-anak itu ternyata memiliki semangat belajar yang luar biasa tingginya. Membaca novel ini akan membuat kita tertawa, menangis, dan takjub mengetahui kegigihan dan kekreatifan anak-anak Laskar Pelangi dalam menjalani hidup mereka sebagai anak-anak Melayu. “Sebuah novel yang sangat menggugah … membuat siapa pun yang membaca akan merasa bersalah dan berdosa jika tidak mensyukuri hidup.” —Andy F. Noya, host acara dialog Kick Andy “Saya larut dalam empati yang dalam sekali. Sekiranya novel ini difilmkan, akan dapat membangkitkan ruh bangsa yang sedang mati suri.” —Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Maarif, mantan Ketua PP Muhammadiyah “Ramuan pengalaman dan imajinasi yang menarik, yang menjawab inti pertanyaan kita tentang hubungan-hubungan antara gagasan sederhana, kendala, dan kualitas pendidikan.” —Prof. Dr. Sapardi Djoko Darmono, sastrawan dan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UI “Cerita Laskar Pelangi sangat inspiratif. Andrea menulis sebuah novel yang akan mengobarkan semangat mereka yang selalu dirundung kesulitan dalam menempuh pendidikan.” —Arwin Rasyid, Dirut Telkom dan Dosen FEUI. “Inilah cerita yang sangat mengharukan tentang dunia pendidikan dengan tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, [yang] dituturkan secara indah dan cerdas. Pada dasarnya kemiskinan tidak berkorelasi langsung dengan kebodohan atau kegeniusan. Sebagai penyakit sosial, kemiskinan harus diperangi dengan metode pendidikan yang tepat guna. Dalam hubungan itu hendaknya semua pihak berpartisipasi aktif sehingga terbangun sebuah monumen kebajikan di tengah arogansi uang dan kekuasaan materi.” —Korrie Layun Rampan, sastrawan dan ketua komisi I DPRD Kutai Barat “Di tengah berbagai berita dan hiburan televisi tentang sekolah yang tak cukup memberi inspirasi dan spirit, maka buku ini adalah pilihan yang menarik. Buku ini ditulis dalam semangat realis kehidupan sekolah, sebuah dunia tak tersentuh, sebuah semangat bersama untuk survive dalam semangat humanis yang menyentuh.” —Garin Nugroho, sineas “Andrea Hirata memberi kita syair indah tentang keragaman dan kekayaan tanah air, sekaligus memberi sebuah pernyataan keras tentang realita politik, ekonomi, dan situasi pendidikan kita. Tokoh-tokoh dalam novel ini membawa saya pada kerinduan menjadi orang Indonesia .... A must read!!!” —Riri Riza, sutradara “Sebuah memoar dalam bentuk novel yang sulit dicari tandingannya dalam khazanah kontemporer penulis kita.” —Akmal Nasery Basral, jurnalis-penulis “Saya sangat mengagumi Novel Laskar Pelangi karya Mas Andrea Hirata. Ceritanya berkisah tentang perjuangan dua orang guru yang memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pendidikan. [Novel ini menunjukkan pada kita] bahwa pendidikan adalah memberikan hati kita kepada anak-anak, bukan sekadar memberikan instruksi atau komando, dan bahwa setiap anak memiliki potensi unggul yang akan tumbuh menjadi prestasi cemerlang pada masa depan, apabila diberi kesempatan dan keteladanan oleh orang-orang yang mengerti akan makna pendidikan yang sesungguhnya.” —Kak Seto, Ketua Komnas Perlindungan Anak “Andrea berhasil menyajikan kenangannya menjadi cerita yang menarik. Apalagi dibalut sejumlah metafora dan deskripsi yang kuat, filmis ketika memotret lanskap dan budaya ….” —Majalah Tempo “Novel tentang dunia anak-anak yang mencuri perhatian. Berhasil memotret fakta pendidikan dan ironi dunia korporasi di tengah komunitas kaum terpinggirkan.” —Gerard Arijo Guritno, Majalah Gatra “Secuil potret pendidikan di negara kita yang memprihatinkan.” —Majalah Femina “Seru! Novel ini tidak mengajak pembaca menangisi kemiskinan, sebaliknya mengajak kita memandang kemiskinan dengan cara lain.” —Koran Tempo “Sebuah kisah tentang anak-anak yang luar biasa, yang mampu melahirkan semangat serta kreativitas yang mencengangkan.” —Harian Pikiran Rakyat “Metafora-metafora yang ditulis Andrea demikian kuat karena unik dan orisinal.” —Harian Tribun Jabar “Kehadiran novel realis ini membawa angin segar bagi kesusastraan Indonesia.” —Harian Media Indonesia “Kita akan tertawa, menangis, dan merenung bersama buku ini.” —Harian Belitung Pos “Rasa humor yang halus dan luasnya cakrawala pengetahuan Andrea adalah daya tarik utama Laskar pelangi.” —Harian Bangka Pos “Gaya bahasa yang mengasyikkan, menantang untuk dibaca.” —Harian Galamedia “Sebagai penulis pemula, Andrea menakjubkan karena mampu menampilkan deskripsi dengan detail yang kuat.” —Tabloid Indago “Ketika membaca Laskar Pelangi, kita seolah menemukan Gabriel Garcia Marquez, Nicolai Gogol, atau Alan Lightman … sebuah bacaan yang sangat inspiratif dan mampu memberi kekuatan.” —www.indosiar.com “Buku Laskar Pelangi memberiku semangat baru yang tak ternilai untuk mengajar murid-murid meskipun kami selalu dirundung kesusahan demi kesusahan, meskipun dunia tak peduli. Buku ini membuatku sangat bangga menjadi seorang guru.” —Herni Kusyari, guru SD di daerah terpencil. “Andrea seperti sedang trance, menulis Laskar Pelangi dengan kadar emosi demikian kental, bertabur metafora penuh pesona, hanya dalam waktu tiga pekan.” —Rita Achdris, wartawati Majalah Gatra “Terlepas dari latar belakang sastranya yang banyak dipertanyakan, terlepas dari berbagai spekulasi tentang trance ketika ia menulis, setiap kata dalam Laskar Pelangi berasal dari dalam hati Andrea. Moralitas hubungan antar ibu, anak, guru, dan murid sangat instingtif dan memikat. Sebagai seorang ibu, aku dapat merasakan buku ini memiliki semacam tenaga telepatik.” —Ida Tejawiani, ibu rumah tangga “Yang trance bukan Andrea, tapi pembacanya ….” —Fadly Arifin, dikutip dari milis pasarbuku “Kekuatan deskripsi Andrea membuatku ingin sekali berjumpa dengan setiap anggota Laskar Pelangi. Kekuatan karakter tokoh-tokohnya membuatku ingin berbuat sesuatu untuk membantu murid-murid cerdas yang miskin. Laskar Pelangi adalah sebuah buku yang sangat menggerakkan hati untuk berbuat lebih banyak.” —Febi Liana, karyawati di Jakarta, pencinta buku “Sebuah novel yang memikat dan menyentuh secara emosional bagi siapa pun yang membacanya.” —Tabloid Wanita Indonesia |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar